Bagi kamu yang hobi memodifikasi foto profil kamu di Facebook dengan Photoshop, kehadiran program baru ini mungkin harus membuatmu lebih berhati-hati.
Anak cucu kita mungkin tak akan pernah mendengar lagi lelucon tentang Roy Suryo, pasalnya dua ilmuwan dari Darthmouth College, Amerika Serikat, telah berhasil membangun sebuah program yang dapat mendeteksi hasil editan pada foto secara otomatis.
Awalnya, Professor Ilmu Komputer Hany Farid dan mahasiswa doktoral Eric Kee mengamati 468 set foto yang terdiri dari foto editan dan foto aslinya. Dari pengamatan itulah akhirnya mereka menemukan perhitungan matematis yang tepat dan dapat digunakan untuk menemukan jejak editan pada foto yang telah dimodifikasi.
Program yang mereka bangun ini akan memberi nilai dari skala 1 hingga 5 kepada sebuah foto editan. Skala 5 menandakan sebuah foto telah mengalami proses pengeditan tingkat berat. Jika kamu pernah melihat foto Mpok Nori yang cantiknya beda tipis dengan Dian Sastro, kemungkinan itu adalah foto skala 5.
Untuk menentukan skala ini, sebelumnya mereka telah meminta bantuan 50 orang yang dipilih secara acak. Orang-orang ini diminta untuk menilai berbagai foto-foto editan menurut penilaian mereka sendiri, hasilnya lalu dibandingkan dengan besarnya skala yang program ini hasilkan pada foto-foto tersebut, nilai keduanya ternyata sangat mirip.
Prof Farid dan Eric Kee tentu saja tidak membangun program ini untuk tujuan bersenang-senang. Mereka justru terinspirasi karena melihat betapa banyaknya remaja yang tergila-gila oleh kulit mulus dan badan bagus para artis di majalah maupun televisi. Terkadang, para remaja menjadi terobsesi setelah melihat foto artis kesayangan mereka memiliki tubuh yang sangat indah, dan mereka tidak tahu bahwa kenyataannya foto itu adalah hasil editan. Mereka lalu berusaha sekuat tenaga menirunya dan hal ini dapat menimbulkan suatu masalah, seperti contohnya gangguan pola makan. Program ini dibangun sebagai salah satu cara agar para editor iklan tidak membuat editan yang terlalu signifikan terhadap gambar yang mereka buat.
"Skala seperti ini dapat menjadi insentif bagi para publisher dan model untuk mengurangi penyempurnaan gambar yang ekstrim dan sering kita temui sekarang ini," tulis mereka dalam studi Proceedings of the National Academy of Sciences.
05-12-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar